27 Mei 2016

Yang Ketiga





Penantian panjangku kini terjawab sudah. Akhirnya aku memiliki rumah baru.

"Akhirnyaaaa aku punya rumah baru!"

Aku tidak bisa menutupi rasa bahagiaku ini.

Namun aku tetap memiliki penantian lainnya yg akan membuatku lebih bahagia. Aku sangat yakin akan hal itu. Akan hal yg bernama cinta.

Tetapi ibu dan dua orang sahabatku tidak pernah percaya dengan cinta. Mereka menganggap cinta adalah musibah.

Ibu menganggap cinta adalah musibah, karena ayahku tiba-tiba meninggalkannya pergi dengan perempuan lain. Membuat ibuku hampir kehilangan akal.

Sedangkan aku belum pernah mendapatkan cinta. Selain cinta dari ibu. Dan aku selalu memimpikan kisah cinta yg sempurna serta bahagia.

"Ibu harap kau selalu berhati-hati saat berada di rumah barumu, Nak.."
"Tenang saja, Ibu.. Aku yakin aku pasti akan bahagia disana.."

Ibu memelukku seperti tidak akan pernah memelukku lagi.

***
Pada malam pertama saat aku menempati rumah baru, sebenarnya langsung ingin bermain-main di halaman rumahku tercinta. Halaman rumahku penuh dengan bunga-bunga segar dan wangi. Namun aku masih takut jika bertemu dengan tetangga.

Jadi, aku memutuskan untuk menikmati bunga-bunga pada saat jarum jam berada di angka 12. Pasti para tetangga telah berada didalam mimpinya. Pikirku.

***
Ahh... Indah sekali bunga-bunga ini..

Akhirnya aku bisa merasakan lembutnya sentuhan rumput di kakiku..

Setelah lelah berlari kesana-kemari menikmati rumput dan bunga yg belum pernah kunikmati sebelumnya, aku duduk disamping rumahku.

Tiba-tiba telingaku yg panjang keatas mendengar suara seorang pria...

"Halo... Iya sayang, aku juga kangen kamu..."

Suara itu semakin mendekat..

Kemudian...

"K... Ka.... Kam..... Kamu.... Kamu..... Siapa..... Kamu siapa?"
Aku hanya terdiam dan terpaku menatap matanya. Apakah dia yg dimaksud oleh Ibu? Apakah dia yg dinamakan Pria? Batinku.

"Darimana kamu masuk? Seluruh pintu telah terkunci..." ucap pria itu dengan tangan sedikit gemetar.
"Namaku Gwen.. Aku pikir kamu telah terlelap tidur dan berada di alam mimpimu.. Maaf, sebentar lagi aku akan segera pergi."
"T... Tapi.... Darimana kamu masuk?"
"Kamu tidak perlu tau, sekarang kembalilah ke dalam rumahmu dan aku akan pergi. Aku berjanji."
"Tidak usah pergi. Kamu cantik. Emm, tidak.. Maksudku, namaku Ken.."

***
Setelah perkenalan singkat itu, Ken membawaku masuk ke dalam rumahnya. Ternyata dia hanya hidup sendiri di rumah tersebut. Orang tua Ken berada di kota yg berbeda. Disini dia bekerja sebagai Fotografer. Dan dia senang memasak. 

Setiap malam aku selalu menunggu Ken dipinggir rumahku, aku menunggunya dengan penuh rasa bahagia. Apa ini yg dinamakan cinta?

"Aah, Gwen... Aku lelah sekali hari ini." 

Ken memelukku dengan penuh cinta. Lalu mengajakku pergi menuju ruangan pribadi miliknya dan kami pun menikmatinya.

***
Sudah satu minggu aku menikmati rumah baruku dan Ken. 

Ibu selalu memberi tanda agar aku mengunjunginya sebentar karena ada yg ingin ia sampaikan. Tapi aku tetap saja mengabaikan. 

Tidak ingin menjadi anak yg durhaka, akhirnya aku memutuskan untuk mengunjungi ibu malam ini. 

Pada malam sebelumnya, aku mengatakan kepada Ken bahwa aku tidak bisa bertemu dengannya selama dua hari. Ken hanya cemberut dan mengatakan ia akan sangat amat merindukanku meski hanya dua hari.

***
Saat menghabiskan malam demi malam bersama Ken, aku selalu merasa bahagia. Bahagia yg belum pernah kurasakan sebelumnya. Jantungku berdebar saat mengingat kumis tipis dan lengkungan senyumnya. Senyumku mengembang saat mengingat detik demi detik yg aku dan Ken lakukan dengan penuh cinta. 

"Aku mencintaimu.. Aku akan menikahimu.." 

Dua kalimat itu menjadi pemanis setiap adegan kami. 

Hingga matahari terbit, Ken selalu membuatkanku sarapan lalu meninggalkanku pergi. Dan aku pun kembali ke rumah. 

Jika hari mulai gelap, matahari sudah terbenam. Tanpa aba-aba apapun aku dan Ken selalu akan bertemu. Ken menerimaku apa adanya. Ken sangat mencintaiku dan aku sangat mencintai Ken.

***
"Kamu bodoh Gwen! Kamu tolol!"

Ini adalah pertama kalinya ibu marah kepadaku. Tampaknya ibu sangat marah.

"Ada apa ini, Ibu? Apa salahku?"
"Kamu salah memilih Pria! Kamu bodoh! Apa kamu tidak mencari tau dulu segala hal tentang Pria yg kamu cintai itu?!"
"Tidak, Bu... Ada apa ini sebenarnya, Bu?" Aku tak kuasa menahan air mataku. Dan hujan pun turun ke bumi.
"Dasar tolol! Pria yg kamu cintai itu telah memiliki istri! Tentu saja kamu tidak boleh mencintainya! Kamu tidak boleh menikah dengannya!"

Istri?

Jantungku seakan berhenti sejenak saat mendengar kalimat-kalimat yg diteriakkan oleh ibu.

Ternyata istri.

Ternyata Ken berbohong kepadaku, Ken mengatakan bahwa perempuan diujung telepon itu hanyalah kekasih yg baru saja tiga bulan mereka merajut kasih. Dan Ken berjanji akan memutuskan hubungan mereka saat akan menikahiku nanti.

Sungguh bodoh. Aku merasa menjadi perempuan yg paling bodoh. Aku percaya dengan segala hal yg diucapkan oleh Ken. Sehingga aku melupakan segala kebenaran yg ada. 

Aku menyesal. Aku memutuskan untuk kembali tinggal bersama ibu, aku memutuskan untuk tidak akan pernah bertemu lagi dengan Ken, namun aku juga memutuskan untuk tidak seperti ibu. Aku tetap tidak menganggap bahwa cinta adalah musibah.

Dan aku berjanji kepada diriku sendiri untuk selalu mengingat kebenaran yg ada, yaitu: seorang peri harus mendapatkan cinta yg suci dan seorang peri tidak pernah diizinkan menjadi yang ketiga. 






 

Template by BloggerCandy.com