13 Jan 2014

Bocah Berjubah Hitam

Hari ini hujan turun membasahi seluruh kota, Balikpapan saat ini memang sedang musim hujan. Ini adalah hari ke-7 hujan mengunjungi kami, dan ini juga adalah hari ke-7 aku melihat bocah laki-laki berjubah hitam itu dari kaca dapur restoran. Bocah itu selalu datang ke belakang restoran saat senja hampir datang. Sebelum pergi ke belakang restoran, ia selalu mengintip jendela dapur restoran terlebih dahulu.
Aku tidak tahu apa maksud dan tujuan bocah itu, setiap dia mengintip jendela dapur aku selalu menemukan tatapan penuh iba yg seakan berkata "Bawa aku masuk..." atau "Aku ingin masuk, aku lapar..." atau entah apalah itu yg jelas aku sangat muak dengan tatapan sampah yg dimilikinya.



Ternyata yg menyadari keberadaan anak itu di belakang restoran tidak hanya aku. Tapi Ibu Rose, pemilik restoran ini juga mengetahuinya.
"Aku benci sekali dengan anak laki-laku yg sering duduk di belakang restoran kita!"
"Ibu juga memperharikan anak itu?"
"Bagaimana tidak, dia selalu bolak-balik di depan kaca ruanganku sambil menatapku melas... Saya sangat jijik melihatnya! Apakah kamu kenal dia, An?"
"Tidak, Bu.."
"Kalau begitu, coba kamu tolong usir dia. Katakan padanya jangan berani menginjakan kakinya ke restoran saya lagi, saya tidak mau pelanggan kabur gara-gara ada anak sampah sepertinya disini!"
"Ngg... Tapi bu..... Saya...."
"Gak ada tapi-tapian! Kalau kamu tidak mengusir anak itu, maka kamu yg akan saya usir!"

*Brakk!* Pintu dapur hampir pecah dibanting oleh ibu Rose.

Aku sangat pusing memikirkan bagaimana cara mengusir bocah itu. Walaupun aku tidak menyukai anak-anak tapi aku sungguh tidak tega untuk memarahinya apalagi sampai mengusirnya...

"Kring.. Kring..."
Alarm handphone-ku berdering, menunjukan pukul 9 malam dan ini adalah waktuku untuk pulang kerumah. Sebelum aku meninggalkan restoran, ibu Rose mengingatkanku untuk mengusir anak itu.
Aku hanya bisa mengangguk mendengar perintahnya.

Baru beberapa langkah aku meninggalkan restoran, aku langsung melihat bocah itu keluar dari belakang restoran dengan jubah hitamnya. Aku ingin sekali mengejar bocah itu, tapi setelah kupikir-pikir lebih baik aku mengikutinya dari belakang seperti yg dilakukan detektif conan.. hahaha

"Telelolit... Telelolit.... Telelolit...."
Ah sial! Handphone-ku berdering di saat yg sangat sangat tidak tepat. Tapi ternyata itu telpon dari ibuku dirumah, jadi terpaksa aku menjawabnya. Aku tidak ingin membuat beliau khawatir..
"Assalamualaikum, Bu.."
"Walaikumsalam.. Kamu sudah dimana nak? Ibu sudah memasak sop kesukaanmu untuk makan malam.."
"Ana masih di restoran, Bu. Disini masih ramai... Satu jam lagi Ana akan sampai dirumah.."
"Yasudah kalau begitu. Ibu tunggu dirumah ya, Nak.."
"Iyaa, Bu.. Assalamualaikum"
"Walaikumsalam.."

Setelah ibu menutup telpon, tiba-tiba ada yg menarik bajuku dari belakang...

Ternyata yg menarik bajuku adalah bocah berjubah hitam itu.
"Kakak ngikutin aku ya?"
"Ngg... Enggak kok, kebetulan arah rumahku emang lewat sini.."
"Kakak bohong..."
"Huhhh, iyadeh aku ngaku. Aku mengikuti kamu. Kamu sering duduk di belakang restoran tempatku bekerja kan?"
"I...i...Ii... Ya... Kak..."
Anak itu terbata-bata menjawabnya. Sepertinya ia takut denganku.
"Jangan takut, aku gak akan memakanmu kok.."
"Hehehe... Kakak marah ya kalau setiap hari aku duduk disana?"
"Aku tidak marah, tapi Ibu Rose yg tidak suka melihatmu duduk di belakang restoran. Dia menyuruhku untuk mengusirmu... Ibu Rose adalah pemilik restoran itu dan aku sangat takut dengannya.. Maafkan aku.."
Aku sangat sedih mengatakan itu kepadanya, ia adalah anak yg baik. Aku bisa melihatnya dari mata dan senyumnya.
"Benarkah?"
Bocah itu menangis sambil menarik tanganku. Ia membawaku ke sebuah rumah kecil dan penuh debu.. Aku hanya bisa melihat sebuah kotak besar dan selembar selimut tipis di dalam rumah itu.

"Ini rumahmu?"
"Iya kak.."
"Dengan siapa kamu tinggal disini?"
"Aku tinggal sendirian.. Aku sedang mencari ibuku, nenek bilang ia bekerja di Restoran tempat kakak bekerja.."
"Oh ya??"
Bocah itu menyerahkan sebuah kotak yg dilapisi oleh debu.
"Buka kotak itu, Kak.."

Ketika aku membuka kotak itu, hatiku seperti tersambar oleh petir. Aku sangat shock..

Ternyata isi kotak itu adalah setumpuk foto Ibu Rose. Ia menggendong seorang bayi laki-laki yg memiliki tatapan mata yg sangat persis dengannya..
"Anak yg digendong itu namanya Abi. Namaku Abi.. Berarti perempuan yg menggendongku itu adalah ibuku. Dia bekerja di tempat kakak bekerja kan? Setiap hari aku kesana hanya untuk melihat ibuku di ruangannya. Aku sangat ingin bisa tinggal bersama ibuku selamanya, tapi aku takut kalau ia tidak mengenali siapa aku..."

Abi menceritakan semuanya kepadaku dengan penuh air mata. Aku bisa ikut merasakan kesedihan dan kerinduan yg sedia ia rasakan.. Aku hanya bisa memeluknnya dan memberitahu padanya bahwa Ibu yg menggendongnya itu adalah Ibu Rose...
Kemudiam Abi mengusap air matanya dan memohon padaku agar besok aku membawanya untuk bertemu Ibu Rose.

                                                                      * * *
Keesokan paginya aku mengajak abi ke Restoran bersamaku. Tepat pukul 06.00 aku tiba di restoran, karyawan yg lain belum ada yg datang tetapi Ibu Rose selalu datang paling awal untuk mengecek restoran..
"Selamat pagi Ibu Rose.."
"Selamat pagi..."
"Ada yg ingin bertemu dengan ibu Rose..."
"Siapa?"
"Saya, Bu.."
Abi masuk ke dalam dapur restoran dan mendekati ibunya.
"Apa-apaan kamu Ana! Saya menyuruhmu untuk mengusir anak ini! Tapi kenapa kamu malah membawa masuk sampah kecil ini ke Restoran kita! Kamu mau saya pecat?!"
Ibu Rose mengamuk. Dia sampai melempar gelas yg dipegangnya hampir mengenai Abi.
"Nama saya Abi, Bu! Saya anakmu! Anak kandungmu!"
Abi berteriak dan menangis meninggalkan restoran.. Ibu Rose juga hanya bisa diam dan menangis.
"Restoran tutup hari ini! Tolong tinggalkan aku sendiri, Ana!"

Aku sangat ingin sekali menenangkan ibu Rose, tapi kurasa dia akan lebih tenang jika ia sendiri.

                                                                       * * *
Tidak lama setelah aku sampai dirumah, Asep yg juga karyawan restoran menelponku. Ia mengatakan kalau Ibu Rose meninggal. Dia dibunuh oleh Bocah berjubah hitam yg sering duduk di belakang restoran.

Tanpa pikir panjang aku langsung menuju kembali ke Restoran, ternyata di sana sudah ramai oleh polisi dan semua karyawan restoran. Tiba-tiba seorang polisi datang ke arahku dan mengatakan
"Nama anda Ana?"
"I... Iya Pak"
"Saya menemukan surat ini di tangan bocah kecil itu. Disini tertulis bahwa surat ini untuk anda."
"Baik pak, terima kasih.."
"Sama-sama.."

Sesampai dirumah cepat-cepat aku membuka surat dari Abi.

Begini isi suratnya :
"Terima kasih kak Ana sudah mempertemukanku dengan Ibuku.. Tapi seperti yg kukatakan kepada kak Ana, aku ingin tinggal bersama ibuku. Selamanya..."

                                                                       * * *

1 komentar:

 

Template by BloggerCandy.com