Tampilkan postingan dengan label Fiksi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fiksi. Tampilkan semua postingan

17 Jun 2016

#PestaFiksi04: Pohon Impian

Pict by Ig: r3dcarra


Kupingku berdarah saat mendengar mereka berbicara.

Ternyata benar, lidah lebih tajam daripada pisau. Tetapi, apa artinya lidah tanpa bibir? Batinku.

"Dasar tolol! Kamu dan adikmu hanya bisa membuat kacau dan repot! Sama saja seperti keluargamu yg itu! Tolol! Sampah! Tidak berguna!"

Setiap hari hanya kata-kata itu yg keluar dari bibir mereka. Kupingku berdarah, hatiku tersayat.
Aku hanya bisa diam menahan dendam dan amarah.

Ibu berpesan kepadaku, aku harus menjadi manusia jika ingin membalas semua perkataan buruk mereka terhadapku.

Sedangkan aku hanya memiliki satu impian, aku ingin memiliki sebatang pohon.

Waktu pun berlari, hingga saatnya tiba seorang gadis kecil kini menjadi manusia.

Aku berhasil menjadi manusia dan memiliki pohon impianku. Diatasnya terikat semua bibir yg pernah meremehkanku.

Yg tersisa kini hanyalah lidah. Aku tertawa, sangat bahagia.


2 Jun 2016

#FFKamis: Tamu Tak Diundang

Seminggu sebelum kedatangannya, hanya sakit yg dapat aku rasakan.

"Aakhh.... Sakit... Ampun!!!"

Dia menyiksaku tanpa ampun.

Mulai dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. Dia menyiksaku secara bergantian, semua anggota tubuhku mendapat giliran.

Terkadang, kepalaku lolos dari siksaan yg dia berikan.

Dia menginjak-injak pundak, pinggang, serta kaki. Menginjak tanpa rasa kasihan sedikitpun.

Dan dia sangat menyukai perutku, dia menginjak, menghantam perutku dengan bata, bahkan terkadang dia menyayat perutku menjadi seribu sayatan.

"Aakhh... Sakit... Ampun..."

Meskipun aku tidak pernah mengundangnya untuk datang, tetapi aku akan selalu menanti kedatangan dirinya.

Karena aku belum menikah.

27 Mei 2016

Yang Ketiga





Penantian panjangku kini terjawab sudah. Akhirnya aku memiliki rumah baru.

"Akhirnyaaaa aku punya rumah baru!"

Aku tidak bisa menutupi rasa bahagiaku ini.

Namun aku tetap memiliki penantian lainnya yg akan membuatku lebih bahagia. Aku sangat yakin akan hal itu. Akan hal yg bernama cinta.

Tetapi ibu dan dua orang sahabatku tidak pernah percaya dengan cinta. Mereka menganggap cinta adalah musibah.

Ibu menganggap cinta adalah musibah, karena ayahku tiba-tiba meninggalkannya pergi dengan perempuan lain. Membuat ibuku hampir kehilangan akal.

Sedangkan aku belum pernah mendapatkan cinta. Selain cinta dari ibu. Dan aku selalu memimpikan kisah cinta yg sempurna serta bahagia.

"Ibu harap kau selalu berhati-hati saat berada di rumah barumu, Nak.."
"Tenang saja, Ibu.. Aku yakin aku pasti akan bahagia disana.."

Ibu memelukku seperti tidak akan pernah memelukku lagi.

***
Pada malam pertama saat aku menempati rumah baru, sebenarnya langsung ingin bermain-main di halaman rumahku tercinta. Halaman rumahku penuh dengan bunga-bunga segar dan wangi. Namun aku masih takut jika bertemu dengan tetangga.

Jadi, aku memutuskan untuk menikmati bunga-bunga pada saat jarum jam berada di angka 12. Pasti para tetangga telah berada didalam mimpinya. Pikirku.

***
Ahh... Indah sekali bunga-bunga ini..

Akhirnya aku bisa merasakan lembutnya sentuhan rumput di kakiku..

Setelah lelah berlari kesana-kemari menikmati rumput dan bunga yg belum pernah kunikmati sebelumnya, aku duduk disamping rumahku.

Tiba-tiba telingaku yg panjang keatas mendengar suara seorang pria...

"Halo... Iya sayang, aku juga kangen kamu..."

Suara itu semakin mendekat..

Kemudian...

"K... Ka.... Kam..... Kamu.... Kamu..... Siapa..... Kamu siapa?"
Aku hanya terdiam dan terpaku menatap matanya. Apakah dia yg dimaksud oleh Ibu? Apakah dia yg dinamakan Pria? Batinku.

"Darimana kamu masuk? Seluruh pintu telah terkunci..." ucap pria itu dengan tangan sedikit gemetar.
"Namaku Gwen.. Aku pikir kamu telah terlelap tidur dan berada di alam mimpimu.. Maaf, sebentar lagi aku akan segera pergi."
"T... Tapi.... Darimana kamu masuk?"
"Kamu tidak perlu tau, sekarang kembalilah ke dalam rumahmu dan aku akan pergi. Aku berjanji."
"Tidak usah pergi. Kamu cantik. Emm, tidak.. Maksudku, namaku Ken.."

***
Setelah perkenalan singkat itu, Ken membawaku masuk ke dalam rumahnya. Ternyata dia hanya hidup sendiri di rumah tersebut. Orang tua Ken berada di kota yg berbeda. Disini dia bekerja sebagai Fotografer. Dan dia senang memasak. 

Setiap malam aku selalu menunggu Ken dipinggir rumahku, aku menunggunya dengan penuh rasa bahagia. Apa ini yg dinamakan cinta?

"Aah, Gwen... Aku lelah sekali hari ini." 

Ken memelukku dengan penuh cinta. Lalu mengajakku pergi menuju ruangan pribadi miliknya dan kami pun menikmatinya.

***
Sudah satu minggu aku menikmati rumah baruku dan Ken. 

Ibu selalu memberi tanda agar aku mengunjunginya sebentar karena ada yg ingin ia sampaikan. Tapi aku tetap saja mengabaikan. 

Tidak ingin menjadi anak yg durhaka, akhirnya aku memutuskan untuk mengunjungi ibu malam ini. 

Pada malam sebelumnya, aku mengatakan kepada Ken bahwa aku tidak bisa bertemu dengannya selama dua hari. Ken hanya cemberut dan mengatakan ia akan sangat amat merindukanku meski hanya dua hari.

***
Saat menghabiskan malam demi malam bersama Ken, aku selalu merasa bahagia. Bahagia yg belum pernah kurasakan sebelumnya. Jantungku berdebar saat mengingat kumis tipis dan lengkungan senyumnya. Senyumku mengembang saat mengingat detik demi detik yg aku dan Ken lakukan dengan penuh cinta. 

"Aku mencintaimu.. Aku akan menikahimu.." 

Dua kalimat itu menjadi pemanis setiap adegan kami. 

Hingga matahari terbit, Ken selalu membuatkanku sarapan lalu meninggalkanku pergi. Dan aku pun kembali ke rumah. 

Jika hari mulai gelap, matahari sudah terbenam. Tanpa aba-aba apapun aku dan Ken selalu akan bertemu. Ken menerimaku apa adanya. Ken sangat mencintaiku dan aku sangat mencintai Ken.

***
"Kamu bodoh Gwen! Kamu tolol!"

Ini adalah pertama kalinya ibu marah kepadaku. Tampaknya ibu sangat marah.

"Ada apa ini, Ibu? Apa salahku?"
"Kamu salah memilih Pria! Kamu bodoh! Apa kamu tidak mencari tau dulu segala hal tentang Pria yg kamu cintai itu?!"
"Tidak, Bu... Ada apa ini sebenarnya, Bu?" Aku tak kuasa menahan air mataku. Dan hujan pun turun ke bumi.
"Dasar tolol! Pria yg kamu cintai itu telah memiliki istri! Tentu saja kamu tidak boleh mencintainya! Kamu tidak boleh menikah dengannya!"

Istri?

Jantungku seakan berhenti sejenak saat mendengar kalimat-kalimat yg diteriakkan oleh ibu.

Ternyata istri.

Ternyata Ken berbohong kepadaku, Ken mengatakan bahwa perempuan diujung telepon itu hanyalah kekasih yg baru saja tiga bulan mereka merajut kasih. Dan Ken berjanji akan memutuskan hubungan mereka saat akan menikahiku nanti.

Sungguh bodoh. Aku merasa menjadi perempuan yg paling bodoh. Aku percaya dengan segala hal yg diucapkan oleh Ken. Sehingga aku melupakan segala kebenaran yg ada. 

Aku menyesal. Aku memutuskan untuk kembali tinggal bersama ibu, aku memutuskan untuk tidak akan pernah bertemu lagi dengan Ken, namun aku juga memutuskan untuk tidak seperti ibu. Aku tetap tidak menganggap bahwa cinta adalah musibah.

Dan aku berjanji kepada diriku sendiri untuk selalu mengingat kebenaran yg ada, yaitu: seorang peri harus mendapatkan cinta yg suci dan seorang peri tidak pernah diizinkan menjadi yang ketiga. 






9 Feb 2016

Balerina Ku


05:20 adalah waktu favoritku untuk menikmati kopi hangat di sore hari. Selain karena kopi, pada pukul 05:20 sore adalah waktunya para balerina keluar dari sangkarnya.

Dia yg rambutnya dicepol tinggi, selalu memakai rok panjang dan sweater putih selalu tertangkap senyumnya oleh mataku. Senyumnya, sehangat senja.

"Bro, mending kita pindah tempat duduk deh kalau sudah jam segini. Mata lu liar.." ucap Roy sambil bergegas meninggalkanku.
"Daripada lu tiap sore duduk disini cuma untuk ngeliatin tuh balerina, mendingan gue kenalin aja ya sama temen gue. Dia balerina juga lebih cantik daripada yg sering lo pandangin dari jauh itu."
"Ogah bro, gue udah stuck sama senyumannya.."

Roy selalu berhasil membuat rencanaku berkenalan dengan sang balerina gagal. Tapi otakku tidak akan pernah kehabisan akal.

***

"Bro,gue pamit berangkat ke Australia seminggu ya!"
"Kok mendadak banget bro? Gue jadi gak bisa ngantar nih.."
"Iyanih bro panggilan mendadak, gakpapa bro santai.."
"Yaudah take care bro.."

Akhirnya aku berhasil mengelabui Roy.

***

06:00 baru saja aku sampai di cafe biasa. Ternyata balerinaku sudah duduk sendiri di pojokan cafe.

"Haloo.. Boleh duduk disini?"
"Silahkan.."
"Gue Keenan.. Lo balerina kan?"
"Hahaha, iya.. Tapi nama gue Lexa.."
"Gue sering lihat lo keluar dari sanggar.."
"Iya, gue latihan di sebrang sana.."

Ternyata balerinaku bernama Lexa. 

Dia selalu tertawa saat bercerita, terutama saat bercerita tentang masa kecilnya yg selalu ingin menjadi balerina. Namun orangtuanya tidak pernah setuju.

***

Ini hari ke-empat kuhabiskan soreku dengan kopi dan Lexa. 

Tanpa basa-basi langsung saja kuajak dia untuk dinner bersamaku. Namun Lexa berubah menjadi dingin dan sedih lalu berkata "Besok gue jawab.."

Keesokan harinya Lexa duduk disampingku kemudian memberiku selembar kertas bertuliskan "Jauhi aku..."

Aku bingung.

Dan dompet Lexa yg terjatuh disampingku menjawab semuanya.

Tanda pengenal atas nama Alex Pratama dan fotonya bersama dengan Roy.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ini adalah pertama kali saya berpartisipasi membuat Prompt #101 :D 
terinspirasi dari cerpen Bernard Batubara yg berjudul Nyctophilia.
mohon maaf jika masih banyak kekurangan dan mohon bimbingannya hehe

21 Okt 2015

Abu - abu

Kata ibu aku sangat cocok dengan warna abu-abu. 

Karena jika aku memakai warna itu, ia seperti menyatu dengan warna kulitku yg seputih susu. 

Membuat penampilanku lebih elegan dan misterius kata ibu.

Sejak saat itulah aku mulai menyukai abu-abu. 

Hingga saatnya aku bertemu dengan lelaki yg sama denganku. Penyuka abu-abu.

Lelaki itu hampir setiap hari memakai baju abu-abu, bahkan saat bersamaku. 

"Kenapa kamu menyukai abu-abu?"
"Abu-abu itu misterius.. Pokoknya aku sangat suka dengan abu-abu."

Tapi aku merasa dia terlalu tenggelam bersama abu-abu. 

Sehingga abu-abu seperti telah menyatu kedalam dunianya. Dunia asmaranya.

"Aku tidak suka dengan hal yg terlalu hitam atau bahkan terlalu putih, karena yg hitam tidak selalu hitam dan yg putih tidak selalu putih. Itu sebabnya aku memilih abu-abu."

Ya. Virus itulah yg ia tanamkan juga pada pikiranku. 

Hingga sekarang. 
Hingga saat ini. 
Hingga saat dimana aku hanya bisa melihat putih disekitarku.

13 Jan 2014

Bocah Berjubah Hitam

Hari ini hujan turun membasahi seluruh kota, Balikpapan saat ini memang sedang musim hujan. Ini adalah hari ke-7 hujan mengunjungi kami, dan ini juga adalah hari ke-7 aku melihat bocah laki-laki berjubah hitam itu dari kaca dapur restoran. Bocah itu selalu datang ke belakang restoran saat senja hampir datang. Sebelum pergi ke belakang restoran, ia selalu mengintip jendela dapur restoran terlebih dahulu.
Aku tidak tahu apa maksud dan tujuan bocah itu, setiap dia mengintip jendela dapur aku selalu menemukan tatapan penuh iba yg seakan berkata "Bawa aku masuk..." atau "Aku ingin masuk, aku lapar..." atau entah apalah itu yg jelas aku sangat muak dengan tatapan sampah yg dimilikinya.

 

Template by BloggerCandy.com